PEDOMAN AKTIVIS REVOLUSIONER (BAG IV) - Perspektif
Headlines News :
Home » » PEDOMAN AKTIVIS REVOLUSIONER (BAG IV)

PEDOMAN AKTIVIS REVOLUSIONER (BAG IV)

Written By DPTK sepetak on Jumat, 26 November 2010 | 22.41

5. Mengapa perlu mengaitkan analisa umum dan analisa khusus ?

Setiap obyek yang kita analisa merupakan bagian dari obyek yang lebih luas dan besar. Untuk menghindari analisa sepihak atau mata kuda, kita harus memperhitungkan relasi obyek yang kita analisa dengan keseluruhan bagiannya. Kita harus mencatat bagaimana relasi tersabut mempengaruhi dan mencerminkan perkembangan dari hal yang lebih besar terhadap satu obyek. Dengan kata lain, ketika kita menganalisa suatu obyek, kita mengetahui bahwa obyek tersebut merupakan bagian khusus dari keseluruhan hal yang umum. Dengan cara seperti itu, kita akan dapat memahami sebab‑sebab dan perkembangan obyek tersebut secara lebih baik lagi.
Contoh, desa yang sedang kita organisir dan kita gerakan, merupakan bagian dari satu kecamatan, kabupaten dan propinsi. Lingkungan di kota kecamatan dan kabupaten, misalnya tardapat  baberapa kompi tentara, KODIM, KORAMIL, KAPOLRES, BABINSA, HANSIP dan seterusnya, merupakan titik berat reaksi militer, yang sudah jelas kekuatannya di desa. Musuh bisa malancarkan operasi militer secara langsung, atau sekadar mangerahkan formasi BABINSA dan HANSIP harus menjadi perhitungan kita. Dengan manghubungkan analisa di desa dan relasinya dengan lingkungan di kota, kita dapat memahami bagaimana dan mengapa reaksi militer musuh terjadi. Kita tidak boleh menganggap bahwa hal ini hanya marupakan reaksi biasa atas satu insiden yang terjadi di desa, misalnya.

Contoh lain, komite desa kita tidak bergerak terpisah dari gerakan. Sebab, rencana‑rencana kita memang tidak mamberikan tugas tersebut pada tingkat seksi dan kabupaten. Di dalam assessment, kita juga memperhatikan dampak dan pengaruh dan pedoman dari atas dan gerakan secara umum dalam skope kota atau seksi.

Analisa kita terhadap suatu obyek harus memperhatikan telah bagian‑bagian yang membentuk kebulatan suatu obyek. Dengan cara demikian pemahaman kita mengenai suatu hal akan menjadi lebih lengkap, penuh dan mendalam. Kita mengulail kesimpulan-kesimpulan akhir dan menolak kesimpulan‑kesimpulan awal.

Di dalam assesment kita, misalnya, bukanlah untuk mengatakan bahwa secara umum jalannya perjuangan adalah baik. akan tetapi kita harus mencatat perjuangan dari berbagai macam kelompok dan pelaksanaan berbagai macam tugas‑tugas, di dalam paindidikan, organizing dan pengerahan massa. Hanya dengan cara analisa inilah implementasi program dan rancana kita akan menjadi jelas, penuh dan benar.


6. Bagaimana suatu obyek berubah ?

Pada awalnya, satu aspek dari kontradiksi lebih kuat dan superior dari aspek lain yang lemah. Aspek yang dominan menentukan ciri dasar atau esensi suatu obyek. Masyarakat Indonesia, sebagai contoh, setengah‑jajahan dan setengah‑feodal karena diperintah dan didominasi oleh imperialisme Amerika, feodalisme dan kapitalisme birokrat.                                                          

Akan tetapi situasi ini tidaklah stagnan, mandeg. Perjuangan dari dua aspek tidaklah berhenti. Bantuk dan kekuatan dari masing-masing aspek terus barubah. Kita menyebut hal ini sebagai perubahan kuantitatif. Satu tingkat nampak seakan‑akan obyek tidak berubah. Apa yang dapat kita perhatikan bila terjadi perubahan hanyalah bentuk luar atau penampilan luar obyek.

Di dalam masyarakat Indonesia,  pertentangan kelas kelihatan menyolok dalam bermacam‑macam perubahan dalam bentuk seperti: meningkatnya jumlah pengangguran, protes‑protes massal petani, peemberontakan bersenjata petani, perang di pedesaan Aceh dan Timor‑timur, buruh‑buruh mogok, dan berbagai macam perjuangan massa, termasuk gerakan mahasiswa yang patriotik dan nasionalis. Akan tetapi, belum terjadi perubahan terhadap relasi mendasar kelas-kelas  di negeri ini.  Inilah  sebabnya mengapa esensi setengah‑feodal dan setengah‑jajahan masyarakat  Indoneesia  masih tetap di dalam.                                            

Dengan terus memperkuat aspek fundamental dan memperlemah aspek pokok, maka saatnya akan tiba ketika  aspek fundamental yang menjadi aspek yang memajukan, akan menjadi aspek pokok yang akan mandominasi kini. Perubahan ini kita sebut perubahan kualitatif. Perubahan posisi dominasi dari aspek‑aspek yang saling berlawanan akan disertai lompatan‑jauh ke depan yang akan merubah esensi sebuah obyek.

Perubahan kualitatif dalam masyarakat Indonesia dewasa ini akan datang pada saat revolusi-demokrasi nasional berhasil: Kelas penguasa yang semula menindas dan memeras, akan diperintah, dan kelas yang ditindas dan diperas akan men,jadi kelas yang memerintah. Akan terjadi perubahan esensi masyarakat Indonesia, perubahan aspek dasar kehidupan ekonomi, politik, dan kebudayaan di negeri ini.

Adalah penting untuk membedakan analisa antara perubahan kuantitatif dan kualitatif terhadap suatu hal. Dengan cara ini, kita tidak bakal diperdayakan oleh perubahan‑perubahan atas penampilan dan esensi. Terdapat perbedaan misalnya, antara reformasi dan revolusi. Tambahan pula, cara ini memberikan kejernihan pada kita, mengenai apa kebutuhan‑kebutuhan dan syarat-syarat supaya perubahan signifikan atas suatu benda dan peristiwa dapat terjadi.

7. Bagaimana suatu kontradiksi bisa diatasi dan suatu obyek dapat berakhir ?

Kontradiksi berakhir pada saat persatuan dan perjuangan dari aspek‑aspek yang bertentangan lenyap, ketika dasar‑dasar salah satu aspek yang menentang telah lenyap ‑‑aspek yang sudah matang terkebelakang, runtuh, bobrok dan reaksioner. Maka, persatuan diantara aspek‑aspek yang bertentangan hancur dan kontradiksi diatasi. Dan bila ini terjadi, suatu obyek akan berakhir. Kontradiksi yang baru akan mulai dalam obyek yang baru.

Contoh, sepanjang hubungan feodal yang mendasar tetap berlangsung di pedesaan, maka dasar‑dasar bagi Imperialisme Amerika dan kapitalisme birokrat untuk menduduki kekuasaan tetap mungkin. Akan tetapi, di dalam kemenangan revolusi damokrasi nasional rakyat, perubahan posisi dari dua kubu yang saling bartentangan, dari kelas‑kelas yang bertarung di dalam masyarakat Indonesia dewasa ini akan terjadi. Dan untuk mengatasi kontradiksi ini dan mengakhiri watak setengah‑jajahan dan setengah‑feodal masyarakat Indonesia, maka perlu dimplementasikan revolusi agraria dan secara sistematis menghancurkan sisa‑sisa aturan politik reaksioner di seluruh Pojok negeri. Hanya dengan cara demikianlah foodalisme dan kapitalisme birokrat akan lenyap. Dominasi ampuh imperialisme Amerika akan diganyang habis, dan dari puing‑paing masyarakat kuno itu, kebebasan sejati demokrasi dan Indonsia yang maju akan didirikan.

Dengan mengetahui bagaimana kontradiksi diatasi dan bagaimana sebuah obyek barakhir, kini menjadi jelas dalam analisa kita tanggungjawab‑tanggungjawab apa yang diperlukan dan dalam situasi apa kita dapat menyingkirkan dasar‑dasar dari hal‑hal yang saling berlawanan. Jelas bagi kita untuk menyempurnakan solusi masalah‑masalah yang kita hadapi dan dan hal‑hal lain yang perlu kita penuhi untuk mencapai solusi akhir.

Adalah tanggung‑jawab analisa kita untuk mengetahui tidak hanya bagaimana mangatasi kontradiksi, tetapi juga bagaimana mamenamgkan perjuangan demi kepentingan rakyat. Ada dua jenis pertarungan; pertarungan yang antagonistik, yang ditandai dangan kekerasan, dan pertarungan yang non‑antagonistik atau moderat. Pertarungan antara kelas penguasa dan kelas yang dihisap dan ditindas marupakan partarungan yang antaganistik karena kontradiksi yang terjadi tidak akan dapat diatasi tanpa metode kekerasan seperti revolusi. Sedangkan pertarungan ide‑ide yang benar dan salah di dalam tubuh gerakan merupakan perjuangan yang non‑antagonistik. Hal ini dapat diatasi melalui cara‑cara moderat seperti diskusi dan kritik yang demokratis, dan tidak dengan sikap kekerasan.

Dengan menganalisa jenis‑jenis pertarungan dari sebuah kontradiksi akan memperjelas kita mengenai metode yang perlu dalam manangani pertentangan. Penanganan dengan kekerasan terhadap kontradiksi yang non‑antagonistik akan menghancurkan tujuan dan kepentingan rakyat. Akan tetapi sebaliknya, jika kita menganggap bahwa pertarungan antara kelas penindas dan penghisap dan kelas yang dihisap dan ditindas, maka kita melorot pada reformisme, yang akan menghalangi dan merugikan gerakan kita, dan hanya menguntungkan musuh.

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Perspektif - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger