Pemuda dan Mahasiswa - Perspektif
Headlines News :
Home » » Pemuda dan Mahasiswa

Pemuda dan Mahasiswa

Written By DPTK sepetak on Rabu, 01 Desember 2010 | 11.35

Ketika terjadi gerakan reformasi 1998, pengerak perubahan saat itu bukanlah pemuda, melainkan mahasiswa. Ketika terjadi perubahan kepemimpinan, dimana pemuda saat itu? Lantas, apakah pemuda tidak punya andil menumbangkan rezim Soeharto?.Jika mau jujur, memang harus diakui bahwa peran pemuda dalam gerakan reformasi untuk menumbangkan Soeharto tergusur oleh peran besar mahasiswa saat itu.Memang bukan berarti pemuda tidak berperan sama sekali dalam gerakan era reformasi 1998, cuma, menurut sudut pandang tertentu, pemuda saat itu hanya menjadi epigen (pengikut) dalam dinamika keruntuhan orba yang berkembang cepat. Menurut terminologi sejarah, peran pemuda sarat dengan mitos kepahlawanan sejak tahun 1908 yang melahirkan era kebangkitan pertama. Yang merupakan peletak dasar adanya Indonesia. Tahun 1928, melahirkan sumpah pemuda yang melahirkan terminologi persatuan , 1945 yang melahirkan kemerdekaan dengan tokoh kharismatik Soekarno yang menurut budaya transenden jawa adalah titisan dari ratu adil, dan tahun 1965 yang melahirkan orde baru dengan program pembangunanisme. Suka atau tidak suka, lingkungan pengaruh pemuda sudah begitu menjadi mitos sehingga sulit mematahkannya sebelum pada tahapan untuk menghilangkannya. Sekarang, bagaimana posisi pemuda di era reformasi?.

Dengan melihat kondisi obyektif dari pemuda itu sendiri, terlihat kalau pemuda sudah kehilangan taringnya, untuk memimpin ide dan gagasan yang sudah melekat pada pemuda yang cenderung untuk dinamis tidak terlihat. Hanya sekedar meneruskan apa yang menjadi pemikiran para pahlawan masa lalu, tanpa ada yang namanya proses dialektika menuju sesuatu yang lebih baik. Hal ini bisa kita lihat pada peran pemuda yang lebih bersikap untuk menjaga tatanan yang sudah ada, dan lebih-lebih penjagaannya sudah pada taraf menjaga membabi buta. Apakah pemuda atau organisasi pemuda sudah mengubah pola aktivitas kepemudaannya.
Meskipun tidak homogen, secara sosiokultural ada perbedaan kualitatif yang besar antara pemuda dengan mahasiswa. Mahasiswa secara sosiologis menyandang atribut kemahasiswaanya, berpendidikan tinggi di universitas, sedangkan pemuda lebih heterogen latar belakang sosiokulturnya. Sebagaian pemuda kita hanya memperoleh pendidikan sekolah dasar atau SMP .
Melalui kategori itulah dapat digaris bawahi :
& Pertama: secara sosiologis, pemuda belum melakukan reposisi atas peran sejarahnya dimana pemuda sebagai garda depan untuk sebuah perubahan, pemuda sekarang lebih besifat pragmatis, tidak mempunyai arah kedepan untuk kemakmuran rakyat, pemuda lebih berpartisipatif dalam pembangunan. Banyak proyek-proyek pemerintah yang digarap oleh pemuda, dengan mengusung propaganda rezim. Sehingga bisa dikatakan berdirinya organisasi pemuda untuk meredam radikalisasi massa. Sebenarnya kalau dilihat dari posisi sosiologis dan kultural, pemuda lebih dekat dan lahir dari realitas masyarakat. Pemuda lebih memahami apa yang terjadi dan apa yang sedang dialami oleh masyarakat dibandingkan dengan mahasiswa yang memposisikan sebagai seorang robot intelektual yang tidak memahami dan tidak bersinggungan langsung dengan komunitas masyarakat. Seharusnya lahirnya lembaga swadaya masyarakat yang didirikan pemuda merupakan wujud dari kebutuhan masyarakat yang bisa menampung dan membawa aspirasi rakyat, tapi yang terjadi sebaliknya. Lembaga swadaya masyarakat lebih memilih untuk jadi instrumen pemerintah, sedangkan mahasiswa sudah mempunyai organisasi baik itu hasil dari rekayasa elit politik maupun hasil dari realitas sosial. Dengan kata lain, dinamika pemuda masih tetap dalam hasrat masa lalunya. Arah jarum jam sejarah masa lalu masih melekat pada diri pemuda.
& Kedua: terdapat gejala yang mengecewakan bahwa organisasi pemuda yang mencapai sukses selama rezim orde baru berkuasa yang masih menerapkan pola-pola rekayasa dalam menata organisasinya. Dimana pola pengorganisirannya menggunakan metode massa tidak menggunakan pola kader sehingga yang terjadi hanyalah mobilisasi massa yang sangat rentan terhadap penunggangan dan infiltrasi dari pemerintah. Pemberdayaan terhadap anggota yang merupakan modal dasar sebuah organisasi tidak terjadi, kemandekan pemikiran dan kerja yang lebih kreatif dan inovatif.
& Ketiga: kalangan pemuda tidak memiliki visi dan orientasi yang jelas. Pada masa kemerdekaan, pemuda mempunyai tujuan untuk mengusir penjajahan/imperialisme dengan keinginan untuk membentuk sebiuah negara yang merdeka dan berdaulat. Tapi sekarang setelah merdeka dari penjajahan imperialisme, pemuda seakan-akan kehilangan visi dan misi. Organisasi pemuda sekarang cenderung menjadi event organiser atau pelaksana dari setiap kebijakan yang bukan berasal dari dirinya, dan yang lebih tragis lagi organisasi pemuda menjadi pengembira dan hanya berorientasi pada survive organ (menjaga agar organisasi pemuda itu ada tanpa ada substantif yang dibawahnya).
& Keempat: romantisme dan nostalgia masa lalu, bagaimana gerakan pemuda pada masa dulu begitu hebat dan sebagai garda depan dalam perubahan. dengan romantisme semacam inilah organisasi pemuda masih menggunakan pola-pola gerakan masa lalu tanpa melakukan analisa yang komprehensif dan tidak dilakukan komparasi dengan realitas sekitar.
Dengan melihat hal itu, reposisi pemuda dapat dijalankan dengan jalan:
1. Menjadikan pemuda yang sungguh-sungguh sadar mengenai peran strategisnya dalam masyarakat dan harus mengembangkan visi ke arah masa depan bukan euforia masa lalu dengan strategi aksi untuk melakukan perubahan yang berkesinambungan bukan hanya bersifat insidental.
2. Kesan bahwa pemuda memiliki kesadaran politik yang lengkap, karena itu dibutuhkan kesadaran faktual mengenai posisi strategis di masyarakat.
3. Didorong oleh sosiokultural masyarakat, pemuda jangan hanya melihat keatas tapi juga melihat kebawah. Dalam artian kita harus bisa melihat secara kontekstual terhadap kasus-kasus rakyat.
Dengan melakukan reposisi dan mereduksi organisasi pemuda diharapkan terbentuk sebuah pemikiran yang lebih humanis dan kontekstual bukan bersifat tekstual, sehingga peran organisasi pemuda menjadi lebih signifikan atau bahasa populernya “lebih diperhitungkan”.(by: suim-protos-santri lisma )




Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Perspektif - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger