Produksi Nilai Lebih Relatif - Perspektif
Headlines News :
Home » » Produksi Nilai Lebih Relatif

Produksi Nilai Lebih Relatif

Written By DPTK sepetak on Rabu, 01 Desember 2010 | 10.27

BAGIAN 4

PRODUKSI NILAI LEBIH RELATIF
Sebegitu jauh, Marx memusatkan pada soal dari mana datangnya nilai lebih ? konteks soal in berada dalam sistem kapitalis yang digeneralisasi. Kapitalisme didalamnya keabstrakkannya. Kini ia sampai pada nilai lebih relatif, suatu hasil dari perubahan-perubahan yang terjadi didalam produktivitas kerja. Dan ini diperoleh didal;am konteks ujuian terhadap sejarah perkembangan produksi kapitalis. Ia bermula dari pewarisan tekhnologi sederhana bentuk-bentuk masyarakat sebelumnya dan berakhir dengan industri modern di zamannya Marx.

BAB 12
KONSEPSI NILAI –LEBIH RELATIF
Marx telah menerangkan bahwa atau bagaimana hari kerja dapat dianggap sebagi terbagi dua bagian. Kerja wajib (necessary labour time) adalah bagian kerja dimana si pekerja bwkwrja untuk si kapitalis yang membayarnya. Kelebihan dari hari kerja adalah kerja lebih dimana si pekerja menciptakan nilai lebih. Rate dari nilai lebih dapat naik dengan memperpanjang hari kerja. Sehingga lebih banyak kerja-lebih yang diserap dari kelebihan kerja-wajib yang telah diberikan si pekerja . Nilai lebih ini juga dapat dinaikkan didalam batas-batas hari kerja yang tersedia, manakala waktu dari kerja wajib dapat dikurangi. Itu terjadi ketika nilai tenaga kerja turun. Nilai dari tenaga kerja (labour-power), pada gilirannya adalah nilai dari komoditi yang dibutuhkan untuk menghasilkan kembali tenaga kerja. Ia akan jatuh manakala produktivitas kerja meningkat dalam memproduksi barang, sehingga nilainya menjadi jatuh. Apa yang dibutuhkan adalah proses kerja dalam bentuk yang secara historis di teruskan kini harus dirubah. Syarat-syarat tekhnik dan sosioal dari proses kerja itu dan pada akhirnya cara produksi itu sendiri yang harus direvolusikan ‘cara produksi’ –mode of production- dalam arti umum, demi merujukkannya kepada semua aspek proses produksi.
Nilai lebih yang berasal dari pengurangan kerja wajib dinamakan nilai lebih relatif, yang dibedakan dari nilai-lebih absolut sebagai hasil perpanjangan hari kerja. Tentulah tidak mungkin mengindentifikasikan nilai lebih absolut dan bagian lainnya relatif, tanpa suatu titik awal. Istilah-istilah ini dipasangkan kepada perubahan-perubahan dalam rate nilai lebih dari beberapa posisi mula (awal). Marx menerangkan hal inbi kemudian pada bab 16.
Manakala seorang kapitalis memaksa pekerjanya bekerja lebih lama, ia diuntungkan langsung dari hasil nilai-lebih (absolut). Bertentangan dengan itu, maka akibatnya pada nilai lebih dari produktifitas yang meningkat (nilai-lebih relatif) adalah lebih tidak langsung. Pengurangan dalam nilai tenaga kerja menguntungkan semua kapitalis dan tidak ada kapitalis individual memperkenalkan teknik baru yang sedar bertujuan mengurangi nilai tenaga kerja.
Dalam suatu pernyataan stategis intelektualnya yang penting, Marx memperbedakan antara hukum yang tetap ada dalam produksi kapitalis dengan cara ia menyatakan dirinya dalam gerakan dari massa-massa kapital secar individual, dimana hukum-hukum itu memaksa adanya persaingan dan masuk ke dalam pikiran para kapitalis secara individual (316. Menurut Marx, sistem itu harus dianalisa lebih dahulu dan baru kemudian kaum kapitalis. Walau pernyataan ini dikemukkan dalam bahasan mengenai nilai-lebih relatif, Marx menginginkan agar prinsip itu diterapkan lebih luas. Ia tidak mengatakan bahwa kapitalisme dapat ada tanpa kapitalis, tentunya. Ini adalah masalah susunan dari perkembangan teori. Mungkin sulit dimengerti bagaimana Marx dapat menrengkan hukum-hukum produksi kapitalis tanpa merujuk pada kapitalis secara individual. Dan ia terus melanjut dengan mengendorkan aturan-aturannya dengan membahas ransangan-ransangan yang menuntun kegiatan para kapitalis tertentu.
Nilai suatu barang bergantung kepada keharusan kerja sosial -labour socially necessary- untuk menghasilkannya. Jika seorang kapitalis dapat menemukan suatu jalan untuk meningkatkan produktifitas diatas yang umum berlaku, ia akan dapat memungut nilai lebih banyak. Sebab, taraf umum produktifitas masih menentukan nilai dari produk. Inilah perangsang kuat untuk meningkatkan produktifitas. Kapitalis lain akan terpaksa mengambil alih cara-cara baru, karena takut pada merosotnya penjualan dan nilai produk akan jatuh begitu taraf umum produktivitas meningkat. Keuntungan khusus yang diperoleh saat penemu hanya bersifat sementara.
Jika produk itu merupakan bagian dari sarana nafkah hidup (bagian daripadanya adalah konsumsi pekerja yang secara sosial diharuskan), atau, jika alat-alat produksi yang menghasilkan alat-alat untuk nafkah hidup, maka nilai tenaga kerja akan jatuh untuk keseluruhan sistem. Dan rate umum dari nilai lebih akan meningkat. Para pekerja tidak perlu dibayar sdemikian banyak (dalam arti nilai) suapay mereka menikmati nilai pakai sama.
Analisa ini mungkin tampak sebagi kontra institusi (jika pekerja lebih produktif, apakah dapat dipastikan mereka menciptakan lebih banyak nilai?). Hal ini bergantung kepada perbedaan tajam Marx terhadap nilai dan nilai pakai. Suatu peningkatan umum dalam produktivitas berarti lebih banyak nilai pakai diproduksi dalam sejam. Tapi terdapat definisi, sejam (keharusan sosial) kerja sealu menghasilkan nilai yang sama.


BAB 13
KERJASAMA

Dalam tiga bab berturut-turut, Max membahas tiga cara berbeda tentang bagaimana proses kerja dapat diorganisasi. Bantuk-bentuk (kerjasama sederhana, manufaktur dan indutri modern) membentuk sebuah urutan sejarah yang panjang. Namun begitu, Marx mencatatkan bahwa (pada akhir Bab ke 13) bentuk-bentuk kerjasama yang lebih maju.
Yang dimaksud dengan kerjasama sederhana ialah menghimpun sejumlah pekerja dan melaksanakan pekerjaan yang pada dasarnya sama. Sejumlah keuntungan mengalir dari suatu peningkatan sederhana dalam pelaksanaan kerja. Perbedaan diantara para pekerja menjadi berimbang dan hasilnya akan lebih mudah diramalkan. Terdapat penghematan dalam penggunaan gedung dan alat-alat produksi, jika penggunaannya bersama-sama. Para pekerja dapat bekerjasama jika tugasnya melampaui kemampuan perorangan.
Kerja kapitalis dalam skala besar hanya mungkin jika seorang kapitalis mempekerjakan sejumlah pekerja, sehingga skala pekerjaan hanya dibatyasi oleh besar kecilnya kapital yang tersedia. Karena si kapitalis yang mengumpul;kan para pekerja itu, kekuatan produltif yang diciptakan kerjasama, tampak seperti ciptaan kapital jadinya. Ini adalah sebuah ilusi. Semacam fetisisme, pemujaan kapital. Kekuatan kerjasama diperlihatkan sama baik dalam membangun piramid kuno itu maupun dengan yang sama lainnya. kesemuanya itu tidak ada sangkut pautnya dengan kapitalisme.
Kerjasama dalam skala besar memerlukan otoritas yang memimpin. Dan ini dimiliki oloeh kapitalis. Otoritas ini punya dua aspek. Ia suatu keharusan fungsional. Tapi ia mengambil bentuk yang “despotik” karena hubuangan antara para pekerja dengan kapitalis secara inheren mengandung sifat antagonistik. Sebuah masalah baaru munccul disini. Dan Marx akan membahasnya pada Bab berikut. Dalam suatu sistem kapitalsi, suatu peningkatan produktivitas kerja bergandengan tangan dengan meningkatnya orang kehilangan kemerdekaan, paling tidak di dalam proses kerja. Produsen yang sesungguhnya semakin kehilangan kontrol atas kegitatannya sendiri. Dalam hal ini tidak mengambil kesimpulan politik yang eksplisit, tapi ia sudah tentu memikirkan bahwa penggulingan kapitalisme itu sendiri akan membalikkan kecendertungan demikian.

BAB 14
PEMBAGIAN KERJA DAN MANUFAKTUR


Seksi 1
ASAL USUL RANGKAP dari MANUFAKTUR

Marx memahami manufaktur sebagi suatu bentuk kerjasama para pekerja yang punya kecakapan-kecakapan khusus (spesialisasi dan kerja yang terinci) yang masing-masingnya bekerja dengan tangan. (Marx menggunakan istilah ini berbeda dengan sekarang umum, dimana manufaktur berlawanan dengan kerja pertambangan, pertanian, pelayanan dan sebagainya). Periode manufaktur yang dominan berlangsung dari pertengahan abad 16 samapi abad ke 18 penghujung. Manufaktur muncul dengan dua cara. Kerajinan (keprigelan), dulunya dilakukan oleh pengrajin yang dapat dihimpun tapi jangkauannya terbatas sekali. Umpama, seorang tukang kunci yang dipekerjakan oleh seorang pembuat kereta kuda, hanya menghasilkan sejenis kunci untuk kereta kuda. Alternatifnya, suatu proses produksi yang sebelumnya dikerjakan tanpa kecakapan khusus, dapat dibagi lagi menjadi serangkaian tugas khusus, sehingga produksi kunci misalnya, dibagi lagi menjadi serangkaian kerja yang memproduksi komponen-komponen yang kemudian dirakit menjadi kunci.


Seksi 2
PEKERJA RINCIAN DAN PELAKSANAANNYA

Pekerja rincian melakukan kerja tunggal, tugas yang sudah terspesialisasi, melakukan penyempurnaan samapi batas tidak mungkin lebih lagi. Waktu yang hilang dalam memindahkan satu perbuatan ke perbuatan lanjutnya dapat dihemat. Perkakas khusus dapat dirancangkan untuk masing-masing tugas. Selanjutnya timbul perkakas mesin yang merupakan pokok bahasan berikutnya yang dimulai dengan pembagian kerja dan perkakas.


Seksi 3
DUA BENTUK POKOK MANUFAKTUR

Manufaktur yang beraneka ragam adalah hasil dan penggabungan berturut-turut dari sejumlah komponen, seperti manufaktur arloji. Marx memberi penjelasan sepintas mengenai ini. Seerangkain manufaktur melibatkan proses yang berturutan dalam mengerjakan bahan yang sama, sehingga pekerjaan masing-masing pekerja menyediakan bahan untuk pekerja selanjutnya. Contoh Marx untuk ini adalah manufaktur kertas dan jarusm. Haruslah ada pembagian tenaga kerja yang tepat bagi pekerjaaan-pekerjaan dan perintah kerja. Keteraturan haruslah dipelihara secara menyeluruh untuk memungkinkan lancarnya pekerjaan tanpa gangguan.
Mesin dapat saja dipakaikan pada berbagai tahap proses kerja yang masih dikerjakan dengan tangan pada pokoknya. Tetapi didalam periode dominasi manufaktur, mesin itu dibawahi oleh pekerjaan tangan. Namun begitu, awal penggunaan mesin ini telah mendorong ilmu dan mekanika di abad ke 17 dan mewariskan penemuan-penemuan besar seperti kompas, serbuk mesiu, mesin cetak dan tik, jam otomatis dan lain-lain (hal.348).
Penggabungan pekerja-pekerja rincian ini telah membuat adanya pekerja-pekerja kolektif (Collective labourer). Bermacam pekerja, bermacam-macam pula keterampilannya dengan suatu hirarki tenaga kerja, untuk mana terbentuk pula pula suatu skala upah (hal.349). Secara keseluruhan, keterampilan menjadi berkurang, karena setiap pekerja hanya menguasai sebagian kecil saja keterampilan itu. Yang, memang diperlukan oleh seluruh proses kerja. Biaya-biaya latihan menjadi berkurang dan dengannya nilai tenaga kerja juga berkurang.


Seksi 4
PEMBAGIAN KERJA DI MANUFAKTUR DAN PEMBAGIAN KERJA DI MASYARAKAT

Pembagian kerja adalah tema yang secara khas berhubungan dengan Adam Smith (meskipun Marx Secar implisit dan eksplisit menunjukan melalui catatan kakinya bahwa banyak pengertian kuncinya mendahului Adam Smith). Smith menggumpalkan saja semua bentuk pembagian kerja, menyetujui semua saja sebagai jalan untuk meningkatkan produktivitas. Tapi Marx bersikap lebih ragu terhadap keuntungannya.
Menurut sejarahnya, pembagian kerja punya dua titik berangkat, yang sebelumnya merupakan dua bentuk gambar. Pembagian kerja pertama-tama muncul dikalangan keluarga berdasar pada umur dan kelamin. Suatu pembagian kerja jenis lain berpangkal pada pertukaran, pertama kalinya antar komunitas yang terpisah. Kemudian didalam komunitas itu sendiri. Marx, dengan banyak ungkapan menyetakan bahwa dasar setiap pembagian kerja yang berkembang baik dihasilkan oleh pertukaran komoditi anatara kota dan desa (hal.352). Tingkat suatu pembagian kerja seperti itu tergantung kepada kepadatan penduduk, efisiensi angkutan dan perkembangan produksi seumurnya. Perluasan perkembangan pembagian kerja terjadi melalui terciptanya permintaaan atas bahan mentah, perkakas yang terspesialisasi dan sebagai berikut yang mempermaju perluasannya.
Kini Marx memperkenalkan perbedaan yang tegas anatara pembagian kerja sosial dan pembagian kerja di pabrik. Pembagian kerja sosial adalah anata para produsen komoditi yang bebas. Pembagian itu mengakibatkan penyebaran pemilikan alat-alat produksi dikalangan unit-unit produsen dan diatur oleh kekuatan spontan dari pasar. Pembagian kerja di tempat-tempat kerja berbeda dengan pembagian kerja sosial. Pekerja-pekerja rinci tidak memproduksi komoditi secara terpisah-pisah. Pemilikan alat-alat produksi terpusat di tangan-tangan kapitalis perorangan. Proses kerja berada dibawah kontrol yang sedar dan terpusat. Didalam suatu sistem kapitalis, anarki didalam pembagian kerja sosial dan despotisme di tempat-tempat kerja merupakan syarat-syarat yang sangga’ (hal. 356).
Marx mempertentangkan bentuk organisasi kapitalis ini dengan bentuk-bentuk pembagian kerja lain. Penggambaranya tentang komunitas pedesaan India sangat menarik. Sebab beberapa tulisannya tentang cara produksi Asia menimbulkan perdebatan yang penting. Kesederhanaan organisasi produksi dimasyarakat-masyarakat yang mencukupi kebutuhannya sendiri. …. Merupakan kunci rahasia dari tidak berubahnya masyarakat-masyarakat Asia (hal.358).


Seksi 5
WATAK KAPITALIS DARI MANUFAKTUR

Pembagian kerja manufaktur kini dapat diletakan pada konteks sebagai suatu tahap (tingkat) didalam perkembangan kapitalisme. Pembagian kerja yang telah berkembang ditemp[at-tempat kerjameminta secara relatif unit-untit produksi yang besar. Jika itu harus dikelola oleh kapitalis, pemilik kapital itu akan memusat pada unit-unit yang lebih besar dari pada yang biasanya di minta oleh kerjasama-kerjasama sederhana. Jadi tetap lebih sulit untuk menjadi kapitalis.
Manufaktur mengubah pekerja menjadi lumpuh, asing dan timpang dengan memaksakan penggunaan keterampilannya yang terperinci atas biaya kemampuan dan instink kekuatan produktif. (hal. 360). Kerja manual dan mental berubah menjadi spesialisasi sendiri-sendiri. Para pekerja dipaksa menjual tenaga kerjanya, bukan saja karena ia tak mampu membeli alat-alat produksi, tetapi juga karena keterampilan mereka yang terbatas itu hanya dapat berfungsi produktif jika mereka berada dalam organisasi yang dikendalikan oleh kapitalis. Daya tahan klas pekerja tidak seluruhnya dapat dihancurkan, karena keterampilan kerajinan tangan adalah dasar dari manufaktur……. Kapital itu terus-menerus terpaksa bergulat dengan pekerja yang tidak tunduk (hal.367).

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Perspektif - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger