Refleksi Terhadap Sosialisme Abad Duapuluh-Satu - Perspektif
Headlines News :
Home » » Refleksi Terhadap Sosialisme Abad Duapuluh-Satu

Refleksi Terhadap Sosialisme Abad Duapuluh-Satu

Written By DPTK sepetak on Jumat, 13 Mei 2011 | 22.40

James Petras
Untuk mengeksplorasi perspektif sosialisme abad ke-21, kita perlu mengambil beberapa postulat dasar yang memberikan informasi tentang proyek sosialis. Sebagai tambahannya, adalah penting untuk mengambil beberapa kemajuan mendasar yang dicapai dalam rejim-rejim sosialis abad ke-20 dan juga secara kritis melakukan refleksi terhadap stuktur-strukturnya yang terdistorsi dan berbagai kebijakannya yang gagal.
Dalam pengertiannya yang paling dasar adalah penting untuk mengingat bahwa sosialisme adalah suatu cara bagi kehidupan material yang lebih baik dibandingkan di bawah kapitalisme: standar hidup yang lebih tinggi, kebebasan politik yang lebih besar, kondisi-kondisi persamaan sosial, dan keamanan internal dan eksternal. Kehormatan, harkat-martabat dan solidaritas hanya dapat dipahami sebagai hal-hal yang menyertai tujuan-tujuan material dasar tersebut, bukan sebagai substitusinya. Kehormatan dan harkat-martabat tidak dapat dikejar di hadapan kondisi kekurangan dalam jangka-panjang dan besar-besaran, pengorbanan dan pemenuhan perbaikan material yang tertunda. Pemerintah yang mengklaim sebagai sosialis namun mengidealiskan pengorbanan standar kehidupan material atas nama prinsip-prinsip keadilan yang abstrak adalah lebih dekat dengan sosialisme spiritual suatu ordo relijius bukannya suatu pemerintahan sosialis modern yang dinamis.
Transformasi sosial dan digantikannya kaum pemilik kapitalis oleh negara sosialis hanya dapat dibenarkan bila tatanan yang baru dapat memperbaiki efisiensi, kondisi kerja dan responsifitas terhadap konsumen perusahaan-perusahaan sosialis. Contohnya, di beberapa rejim sosialis, di bawah kedok ofensif revolusioner, negara mengintervensi dan menghapus ribuan perusahaan eceran di perkotaan yang berskala kecil dan menengah atas nama penghapusan kaum kapitalis. Akibatnya adalah bencana: toko-toko tetap tutup; negara tak mampu mengorganisir usaha-usaha kecil yang berserakan dan mayoritas besar kaum pekerja kehilangan berbagai layanan vital.
Negara-negara sosialis abad duapuluh membangun sistem-sistem medis, pendidikan dan keamanan yang efektif dan sukses melayani mayoritas rakyat pekerja. Mayoritas negara-negara sosialis menghapus penguasaan dan eksploitasi sumber daya alam oleh asing dan dalam beberapa kasus mengembangkan ekonomi industrial yang terdiversifikasi. Secara keseluruhan standar kehidupan meningkat, kriminalitas menurun, lapangan kerja, dana pensiun dan dana kesejahteraan berhasil diraih. Walau demikian sosialisme abad ke-20 terpecah oleh kontradiksi yang dalam yang menyebabkan krisis sistemik yang mendalam. Sentralisme birokrasi merampas kebebasan di tempat kerja dan membatasi perdebatan publik dan pemerintahan kerakyatan. Kaum berwenang publik terlalu membesar-besarkan inovasi di bidang keamanan, usaha, ilmu pengetahuan dan inisiatif kerakyatan sehingga menciptakan stagnasi teknologi dan massa yang pasif. Pemberian hak-hak istimewa dan materi berdasarkan jabatan politik kaum elit menyebabkan ketimpangan mendalam sehingga menurunlah kepercayaan rakyat terhadap prinsip-prinsip sosialis dan mengakibatkan penyebaran nilai-nilai kapitalis
Kapitalisme tumbuh subur dalam ketimpangan sosial, sosialisme semakin mendalam melalui kesetaraan yang semakin besar. Baik kapitalisme maupun sosialisme bergantung pada kaum pekerja yang efisien, produktif dan inovatif: Bagi kapitalisme ini digunakan untuk memaksimalkan profit; bagi yang terakhir, untuk memperluas negara kesejahteraan.
Pelajaran abad ke-20 untuk kaum sosialis abad ke-21
Kaum sosialis abad ke-21 dapat belajar dari keberhasilan dan kegagalan sosialisme abad ke-20
Pertama: Kebijakan harus diarahkan untuk memperbaiki kehidupan maupun kondisi kerja rakyat. Ini berarti investasi massal dalam peningkatan kualitas perumahan, perangkat rumah-tangga, transportasi publik, kepedulian lingkungan hidup dan infrastruktur. Solidaritas dan misi-misi di luar negeri janganlah dijadikan prioritas yang menomorduakan investasi skala-besar dan jangka panjang untuk memperluas dan memperdalam perbaikan material bagi basis kelas internal utama dalam rejim sosialis. Solidaritas dimulai dari rumah sendiri.
Kedua: Kebijakan pembangunan harus berfokus untuk mendiversifikasi ekonomi dengan suatu fokus khusus yang mengindustrialisasikan bahan-bahan baku, melakukan investasi besar dalam industri-industri yang memproduksi barang-barang berkualitas untuk konsumsi massa (pakaian, sepatu, dan lainnya) dan dalam pertanian, terutama untuk swasembada dalam bahan pangan pokok. Dalam kondisi apapun ekonomi sosialis tidak boleh menggantungkan penghasilannya pada suatu produk tunggal (gula, turisme, migas, nikel), yang sangat tidak stabil.
Sebuah pemerintahan yang sosialis harus mendanai kebijakan pendidikan, mata-pencaharian dan infrastruktur yang sesuai dengan tingginya prioritas terhadap ekonomi, sosial dan budaya; ini berarti mendidik para agronomis dan pekerja pertanian yang terampil, pekerja konstruksi yang terampil (ahli pipa, listrik, cat) dan insinyur sipil, pekerja transportasi dan perencana perumahan publik di perkotaan dan pedesaan untuk mendesentralisasi kota-kota raksasa (mega-cities) dan menggantikan transportasi pribadi dengan publik. Mereka harus mendirikan dewan-dewan lingkungan hidup dan konsumen yang dipilih oleh rakyat untuk mengawasi kualitas udara, air dan kebisingan, serta ketersediaan, harga, dan kualitas pangan.
Pemerintahan sosialis abad duapuluh seringkali mengalienasi kaum pekerjanya dengan mengalihkan bantuan yang berjumlah besar kepada rejim-rejim di luar negeri (yang banyak di antaranya bahkan tidak progresif!). Akibatnya, kebutuhan lokal terbengkalai atas nama solidaritas internasional. Prioritas utama sosialisme abad ke-21 adalah solidaritas di rumah sendiri. Kaum sosialis abad duapuluh menekankan kesejahteraan dari atas, pemerintah sebagai pemberi dan massa sebagai penerima, menekan tindakan-tindakan lokal dan mendorong kepasifan. Sosialisme abad duapuluh-satu harus menggalakkan tindakan kelas yang mandiri untuk mengimbangi hak-hak istimewa para menteri dan fungsionaris sosialis borjuis yang menggunakan jabatannya untuk menimbun dan menjaga kekayaan pribadi dengan menggunakan kekuatan publik. Organisasi kerakyatan yang mandiri dapat mengungkap kemunafikan menteri-menteri kaya yang menyerang dan menuduh kaum pekerja industri bergaji tinggi sebagai pihak yang diistimewakan padahal mereka sendiri menggunakan Mercedes berikut supirnya dan menikmati apartemen-apartemen mewah, memiliki dua dan tiga rumah-rumah peristirahatan dan mengirim anak-anak mereka ke sekolah-sekolah swasta yang mahal dan eksklusif di dalam dan luar negeri.
Di atas segalanya sosialisme adalah tentang persamaan sosial: persamaan dalam pendapatan, sekolah dan rumah sakit; persamaan antara kelas masyarakat dan dalam kelas masyarakat. Tanpa persamaan sosial, semua omongan tentang keragaman, harkat-martabat, dan kehormatan tidaklah berarti apa-apa. Para kapitalis juga mendukung keragaman sejauh tidak mengancam keuntungan dan kekayaannya. Kaum sosialis mendukung persamaan pendapatan dan kepemilikan yang secara efektif meredistribusi kekayaan dan kepemilikan kepada seluruh kaum pekerja, hitam dan putih, petani Indian dan pekerja perkotaan, lelaki dan perempuan, dan tua dan muda. Tidak ada harkat-martabat dalam menjadi miskin dan tereksploitasi; harkat-martabat berasal dari perjuangan dan pencapaian tujuan-tujuan sosialis berupa persamaan sosial dan standar kehidupan yang lebih tinggi.

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Perspektif - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger